Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

MOA HITU

Dalam bahasa Dawan di Timor, "Moa" artinya rua dan "Hitu" artinya tujuh. Jadi Moa Hitu artinya tujuh ruas. Menurut kisah ini, Moa Hitu adalah suatu makluk raksasa yang terdiri dari tujuh ruas dan pernah hidup di bumi pada zaman dahulu kala. Moa Hitu mempunyai kekuatan yang luar biasa. Ia dapat menjunjung langit dan memangku bumi. Moa Hitu juga memiliki kesaksian yang sangat ajaib. Apabila ia sedang memikul bumi lalu lelah dan memindahkan bumi dari bahu yang satu ke bahu lainnya, maka terjadilah bencana gempa bumi dimana-mana. Dan jika ia marah lalu menjunjung langit, maka hujan dan embun tidak turun ke bumi, sehingga penduduk bumi terancam kelaparan. Penyakit menular dan kematian akan terjadi dimana-mana apabila Moa Hitu sedang lapar. Ibu-ibu hamil juga tidak akan bersalin jika Moa Hitu minta makan. Sebaliknya, apabila Moa Hitu kenyang dan hatinya sedang girang, maka kemakmuran melimpah di bumi. Semua orang akan panen raya, ternak-ternak akan berbiak...

SOBE SONBAI III

Sobe Sonbai III adalah seorang raja Timor yang sangat berpengaruh. Ia berkedudukan sebagai Kaisar Kerajaan Oenam dengan ibukota Kauniki di kecamatan Fatuleu. Ia adalah satu-satunya raja yang sampai akhir hayatnya tidak pernah menandatangani perjanjian takluk kepada Belanda. Oleh karena itu deagan segala cara Belanda berusaha menaklukan Sobe Sonbai III. Hal ini diketahui pula oleh Sobe Sonbai III. Karena itu Sobe Sonbai III bersama seluruh rakyat dan para "Meo"(panglima perang) mulai membangun benteng-benteng pertahanan. Mereka membangun tiga benteng yaitu Benteng Ektob di desa Benu, Benteng Kabun di desa Fatukona dan Benteng Fatusiki di desa Oelnaineno. Setiap benteng itu dijaga ketat oleh meo-meo dari setiap suku. Meo yang paling terkenal disebut "Meo Naek" atau panglima besar. Meo Naek Sobe Sonbai III bernama Toto Smaut. Perang melawan Belanda dimulai pada bulan September 1905. Perang ini dimulai di desa Bipolo kecamatan Kupang Timur sekarang. Karena ...

FATU ATONI

Menurut cerita, pada zaman dahulu di kerajaan Amanatun tepatnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan ini berkuasa seorang raja yang kaya. Raja itu bernama Usif Banmeni. Usif Banmeni mempunyai banyak sapi, kuda da kambing peliharaan. Karena itu banyak pula anak gembalanya. Diantara sekian banyak gembala, terdapat dua orang gembala yang bernama Neno dan Fai. Tugas khusus Neno dan Fai adalah menggembalakan kambing-kambing milik Usif Banmeni. Pada suatu hari, beberapa ekor kambing yang digembalakan itu hilang. Neno dan Fai masuk hutan keluar hutan mencari kambing-kambing itu. Lalu mereka tiba pada sebuah sungai yang bernama sungai Tumut. Sungai ini merupakan batas alam antara Kecamatan Amanatun Selatan dengan Kecamatan Amanatun Utara. Setelah menyeberangi sungai itu, turunlah hujan yang amat deras. Kilat dan halilintar sambung-menyambung seakan-akan membelah bumi. Mereka mulai merasa dingin, lapar dan ketakutan. Untunglah dalam kegelapan senja itu tampak sebuah lopo kecil. Lopo a...